TCP-IP | |
1. Sejarah TCP/IP 2. Protokol TCP/IP 3. Pengalamatan TCP/IP 4. Nomor port 5. Socket Address (Alamat Soket) |
6. Internet protokol (IP) 7. Fragmentasi 8. IP Address 9. Subnetting dan Supernetting |
Setiap lapisan protokol data link memiliki format frame-nya sendiri. Salah satu field frame tersebut didefinisikan dalam bentuk atau format ukuran maksimum untuk field data.
Ketika datagram dibungkus (encapsulated) dalam sebuah frame, total ukuran datagram harus kurang dari ukuran maksimumnya. Hal ini disebabkan oleh persyaratan perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam jaringan (lihat gambar 18.11).
Tabel 18.4 memperlihatkan bagaimana ukuran MTU ialah berbeda-beda untuk setiap jenis protokol lapisan fisik.
Setiap sebuah datagram yang difragmentasi akan memiliki header sendiri. Sebuah datagram dapat difragmentasi beberapa kali sebelum mencapai tujuan akhirnya jika melewati banyak jenis fisik jaringan. Fragmen-fragmen ini dapat saja menempuh perjalanan atau rute yang berbeda-beda. Jadi, tentu saja perakitan/reassembly terjadi di alamat tujuan akhir.
Telah kita pahami, bahwa header datagram IP mempunyai panjang yang tetap yaitu 20 byte. Sedangkan panjang header yang variabel adalah 40 byte. Oleh karena itu, header datagram IP berkisar antara 20 hingga 60 byte. Panjang header variabel ini adalah option yang digunakan untuk kepentingan pengetesan dan debugging. Format Option ini terdiri dari Code, Length dan Data, atau dapat dilihat pada gambar 18.12
Option memiliki 6 jenis yang dikategorikan dalam 2 kategori, yakni byte tunggal dan multi byte. Kategori byte tunggal adalah No operation dan end of option.
- No operation: adalah 1-byte yang digunakan sebagai pengisi antara option.
- End of option: digunakan untuk padding pada akhir field option.
- Record route: digunakan untuk mencatat router internet yang menangani datagram. Record route ini dapat mencatat hingga 9 router alamat IP.
- Strict source route: digunakan oleh host asal untuk menentukan sebuah rute bagi datagram yang akan menempuh perjalan di internet. Pengirim dalam hal ini dapat menentukan rute dengan TOS, seperti waktu tunda minimum atau maximum throughput.
- Loose source route: mirip dengan strict source route, namun agak lebih luwes. Setiap router dalam list harus dikunjungi, namun datagram dapat mengunjungi router yang lain juga.
- Timestamp: digunakan untuk mencatat waktu yang dilakukan oleh router. Waktu ditampilkan dalam milidetik dari saat tengah malam, Universal Time. Waktu ini bermanfaat untuk menolong pengguna menjejaki perilaku router di internet.
Metode deteksi error digunakan TCP/IP yang disebut checksum. Pada sisi pengirim, paket dibagi menjadi n-bit bagian (n biasanya 16). Bagian-bagian tersebut ditambahkan dengan metode aritmetika one’s complement. Caranya adalah sebagai berikut:
- Paket dibagi dalam k bagian, masing-masing terdiri dari n bit.
- Seluruh bagian ditambahkan bersama dengan menggunakan metoda aritmatika one’s complement.
- Hasil akhir dikomplementasikan membentuk checksum. Kalkulasi checksum pada sisi penerima.
- Paket dibagi menjadi k bagian, masing-masing terdiri dari n bit.
- Seluruh bagian tadi ditambahkan bersama-sama menggunakan aritmatika one’s complement.
- Hasilnya dikomplementasi. Hasil akhir adalah 0, maka paket tidak rusak dan dapat diterima, jika tidak akan ditolak. Untuk lebih lanjut mengetahui komponen-komponen protokol IP dapat dilihat pada Gambar 18.14.
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih, atas saran atau usulan anda.