Antena dipole dan monopole
Written By Anisa film on Sabtu, 10 Mei 2014 | 5/10/2014 01:12:00 AM
Salah satu bagian penting dari suatu pemancar radio adalah antena. Ia adalah sebatang logam yang berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter, dan memancarkannya sebagai gelombang radio. Antena tersebut berfungsi pula sebaliknya, yaitu: menampung gelombang radio, dan meneruskan gelombang listrik ke receiver. Kuat tidaknya pancaran yang sampai di pesawat lawan bicara atau sebaliknya, serta baik buruknya penerimaan tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah kondisi propagasi, faktor kedua adalah posisi stasiun (posisi antena) beserta lingkungannya, faktor ketiga adalah kesempurnaan antena. Untuk pancaran ada faktor ke-empat, yaitu: kelebaran band-width pancaran kita, dan faktor kelima adalah masalah power.
Seringkali agar pancaran kita cukup besar diterima stasiun lawan bicara, kita berusaha menaikkan power dengan tanpa memperhatikan faktor-faktor lain seperti yang tersebut di atas. Memang, usaha meperbesar power secara teknis merupakan usaha yang paling mudah, akan tetapi hal ini adalah usaha yang kurang efektif dan cenderung merupakan suatu pemborosan.
Mengenai propagasi dan posisi pemancar ada faktor bandwidth pancaran yang dapat dikatakan bahwa: makin sempit bandwidth, makin kuatlah pancaran kita ini ada batasnya, mengingat faktor readibility. Sebatang logam yang panjangnya ¼ Lambda (λ), akan beresonansi dengan baik bila ada gelombang radio yang menyentuh permukaannya.
Jadi bila pada ujung coax bagian inner disambung dengan logam sepanjang ¼ λ dan outernya di ground, ia akan menjadi antena. Antena semacam ini hanya mempunyai satu pole, dan disebut monopole (mono artinya satu). Apabila outer dari coax tidak di-ground dan disambung dengan seutas logam sepanjang ¼ λ lagi, maka menjadi antena dengan dua pole dan disebut dipole ½ λ (di artinya dua). Antena dipole bisa terdiri dari satu kawat saja yang disebut single wire dipole, atau bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung (dinamakan three wire folded dipole).
Berbagai macam cara untuk memasang antena tergantung dari tersedianya space yang dapat digunakan untuk memasangnya. Antena single wire dipole, dapat dipasang horizontal (sayap kiri dan kanan sejajar dengan tanah), dapat pula dipasang dengan konfigurasi inverted V (seperti huruf V terbalik), dengan konfigurasi V (seperti huruf V), konfigurasi lazy V (ialah berentuk huruf V yang tidur), atau dapat juga dengan konfigurasi sloper (miring).
Antena dipole dapat dipasang tanpa menggunakan balun, akan tetapi bila feeder line menggunakan kabel coaxial sebaiknya dipasang balun 1:1 karena, kabel coaxial itu unbalance sedangkan antenanya balance (agar diperoleh pola radiasi yang baik).
Kadang antena belum tentu sesuai impendansinya. Oleh karenanya, harus disesuaikan impendasinya. Cara mematchingkan antena yang baik ialah dengan menggunakan alat khusus, yaitu: Dip Meter dan impendance meter, atau dapat juga menggunakan SWR analyser. Apabila alat tersebut tidak tersedia, matching dilakukan dengan menggunakan transceiver dan SWR meter.
Pertama-tama pasanglah antena dengan konfigurasi yang dikehendaki. Pasanglah SWR meter diantara transceiver dengan transmission line (coaxial cable). Selanjutnya, atur transceiver pada power yang paling rendah, sekitar 5-10 Watt dengan mode AM atau CW. Tentukan frekeuensi kerja yang dikehendaki, misalnya 3.850 MHz. Coba, transmit sambil mengamati SWR meter, putarlah tombol pengatur frekuensi sedemikian sehingga didapatkan Standing Wave Ratio (SWR) yang paling rendah.
Bila frekuensi tersebut lebih rendah dari 3.850 MHz, berarti sayap-sayap dipole terlalu panjang, jadi harus diperpendek. Bila frekuensi terlalu tinggi berarti sayap-sayap dipolenya terlalu pendek.
Untuk memperpanjang haruslah di-sambung, walaupun ini kurang menyenangkan. Jadi pemotongan awal antena harus dilebihi dari panjang theoritis, dan pada waktu dipasang, dilipat balik sehingga panjangnya sama dengan panjang theoritis. Bila frekuensi match terlalu rendah, perpendek antena 10 Cm pada setiap sayapnya.
Bila masih terlalu rendah, maka diperpendek lagi. Begitu seterusnya, sehingga diperoleh SWR yang rendah, yaitu: kurang dari 1:1,5. Cara memendekkan tidak dengan dipotong, tetapi dilipat balik dan menumpuk rapat. Lipatan yang mencuat akan membentuk capasitance head dan mempengaruhi SWR.
Antena dipole dapat dioperasikan secara harmonic, kalau dipekerjakan pada frekuensi kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya. Misalnya antena untuk 7MHz dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21MHz (kelipatan 3). Tentu saja SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan pada frekuensi aslinya.
Penempatan antena disarankan agak jauh dari kawat telepon dan kawat listrik untuk menghindari timbulnya telephone interference dan televisi interference. Bentangan antena yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat listrik dengan jarak kurang dari lima meter, akan dapat menimbulkan gangguan pada pesawat telepon, televisi, dan perangkat audio lainnya.
Makin rendah letak antena, sayap-sayapnya cenderung makin pendek. Untuk itu dalam pekerjaan matching, antena diletakkan pada ketinggian yang sebenarnya. Begitu pula diameter kawat akan berpengaruh terhadap panjangnya (atau makin besar diameter, makin pendek antenanya), hal ini disebabkan karena kapasitansi antena terhadap bumi. Matching antena pada saat tanah basah, misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek.
Selain itu, dalam pemasangan antena juga perlu memperhatikan lingkungan yang mungkin mengganggu antena itu sendiri. Misalnya adanya atap dari bahan seng atau atap rumah yang dilapisi dengan aluminium foil, cenderung akan menyulitkan matching antena.
0 komentar :
Posting Komentar
Terima kasih, atas saran atau usulan anda.